Wednesday, April 02, 2025

Breaking News
>> COBA2  >> sofwer buku romadhon  >> file KTSP  >> soal uts b.ingris semester 2 2013-2014  >> soal PKN kelas 3 semester 2 SD/MI  >> Kisi2 ulangan tengah semester 2 kelas 5 SD MI    

Lorem ipsum

Join our Team

Selasa, 12 November 2013

Jangan Galau Jadi Guru



Menjadi pendidik membuat hidup kita menjadi berarti. Walaupun memang menjadi pendidik secara kesejahteraan belum bisa mencukupi kebutuhan. Namun secara ketenangan mendidik adalah investasinya. Bila dihitung secara matematis misalnya, ketika kita mengajari anak cara berwudzu, kemudian anak itu menjadi dewasa dan kemudian mengajarkanlagi kepada generasi setelahnya. Tentu pahala yang kita dapat akan berlipat ganda bukan. Contoh lain misal kita mengajari anak menulis, kemudian anak itu menjadi dewasa dan kemudian menjadi penulis yang handal, tentu pembelajaran yang kita lakukan telah membawa inspirasi kepada banyak orang, dan masih banyak yang lainnya.
Namun memang kebanyakan orang akan memandang segala sesuatu yang terlihat oleh mata saja. Saya pernah mempunyai teman,dia adalah guru seangkatan saya, kami biasa membicarakan masalah tempat kami biasa mengajar, namun yang selalu diobrolkaya selalu masalah finansial, memang hal itu tidak dilarang, namun bila kita mengajar selalu dihantui oleh perolehan finansial yang kecil maka keiklasan tentu tidak akan kita dapatkan (lawong buruh yang UMR nya jutaan saja selalu tidak puas dengan UMRnya, lawong para pejabat yang gajinya milyaran saja masih korupsi kok). Yang akan kita dapat malah kekecewaan pastinya. Setelah beberapa waktu ternyata saya dengar lagi teman saya itu sekarang malah beralih dari gur menjadi pekerja biasa, sungguh ironi sekali. Namun ya sudahlah setiap manusia punya prinsip masing-masing bukan?
Kembali lagi kemasalah mendidik, beberapa waktu yang lalu saya sempat share di blog tentang siapa yang paling bertanggung jawab terhadap pendidikan anak. Di dalam artikel tersebut saya tuliskan bahwa yang paling bertanggung jawab adalah semua pihak dilingkungan anak. Kalau dituliskan secara hirarkis memang seharusnya yang paling utama adalah keluarga disusul oleh lemabag pendidik dan yang tidak kalah penting adalah lingkungan. Kenyataan dilapangan ternyata emang lembaga sekolahlah yang dianggap paling bertanggung jawab. Pada akhirnya tentu hasilnya tidak maksimal, lembaga sekolah hakikatnya hanyalah katalisatoranak untuk menjadi pribadi yang unggul, bila katalis dijadikan hal yang dianggap paling bertanggung jawab tentu tidak pas rasanya. Mungkin memang perlu adanya perombakan besar-besaran mengenai pendapat yang kurang benar tersebut.
Posting ini saya buatkarena keheranan saya ketika saya mencoba bertanya kepada anak kelas 2 MI setingkat SD yang belajar Prifat kepada saya. Hal-hal yang sangat dasar seperti menyuruh sholat, melihat pekerjaan anaknya, menyuruhnya bertutur kata yang baik, ternyata tidak dilakukan didalam keluarga. Makanya tidak heran memang tugas pendidik menjadi berganda. Lawong dirumah saja dibiarkan anaknya, bagaimana bisa maksimal anak pendidikanya disekolah.
Yasudahlah, bagi para pendidik tidak usah terlalu membincangkan maslah seperti ini, cukup mendidik dan maksimalkan apa yang bisa kita lakukan saja. Terus iklas dan berharap yang terbaik bagi kita, semoga Alloh membimbing jalan kita wahai para pendidik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diproduksi oleh Makki's_creatif